Dibalik Angka +16M (Serial Blog Touring Suzuki GSX-S 150 Part 4)
Tak lama setelah saya memperhatikan Mbaknya dari kejauhan,entah pacar atau temannya atau malah pacar temannya si mbak nya ini datang.Saya lega karena mbaknya udah ada yang jagain.Padahal dalam hati mbatin “Asemig,wes ono sing nyedaki” (Waduh,udah ada yang ngedeketin).
Perut belum laper tapi mulut ini semakin memberontak ingin mengunyah sesuatu.Saya sempat berniat untuk membeli makanan yang diajajakan mbaknya petugas kereta api yang dari tadi menawarkan makanan yang dijual oleh pihak PT KAI di dalam gerbong kereta.
Tapi kami pun tidak langsung beli,kami mencoba membaca situasi untuk mengetahui harga makanan tersebut tanpa harus bertanya kepada mbaknya.Karena kalau kami tanya langsung dan ga jadi beli kayaknya kurang “mbois” (keren) buat kami.Dan kalau beneran makanannya mahal,ini akan sangat membahayakan bagi kondisi ketebalan dompet kami yang nantinya akan mengancam ketahanan finansial keluarga yang secara tidak langsung akan mmpengaruhi stabilitas keuangan nasional dan populasi panci di rumah kami yang keberlangsungannya bergantung pada emosi istri kami.
Kami pun memulai sebuah obrolan untuk memutuskannya,dengan volume yang sangat pelan tentunya.
“Tuku ora mas?” (Beli nggak bang?) tanyaku ke mase.
“Aku ora,nek kowe pengen tukuo !” (Aku sih nggak,kalau kamu mau beli aja!) kata mase.
“Piroan?” (Berapaan?) tanyaku lagi ke mase.
“Aku ora,nek kowe pengen tukuo !” (Aku sih nggak,kalau kamu mau beli aja!) kata mase.
“Piroan?” (Berapaan?) tanyaku lagi ke mase.
“Sego endhog 30 ewu.” (Nasi telur 30 ribu) kata mase.
“Asemig,larang emen? ngerti seko ngendi” (Waduh,mahal bener? Tau dari mana) tanyaku.
“Asemig,larang emen? ngerti seko ngendi” (Waduh,mahal bener? Tau dari mana) tanyaku.
“Kuwi mau,ibuke sebelah ngulungke eketan dijujuli rong puluh.Sido ameh tuku?” (Itu tadi,ibunya yang di sebelah nyodorin 50 ribuan dapat kembalian 20 ribu.Jadi beli?) Tanyanya balik sambil senyam-senyum.
“Ora weh,tak tuku kopi wae” (Ga jadih,beli kopi aja) Jawab saya sambil dibarengi tawa kami berdua.
Setelah mengambil uang 10 ribu yang ada di saku celana saya,akhirnya saya beli segelas (bukan gelas sih) 1 cup kopi hitam yang rasanya bukan dari brand ternama.
Obrolan pun kami berlanjut sembari saya menikmati kopi yang baru saja saya beli.Obrolan kami bukan obrolan yag berat,hanya membahas mengenai bloging,motor dan sesekali mase menanyakan tentang travelbloging kepada saya.
Tak lama kemudian kereta berhenti di Stsiun Kutoarjo.Dan disaat yang sama kopi saya juga habis.
“Kutoarjo ya? 16M…hem…. ini deket laut ya mas?” Tanya saya ke mase.
“Iya,seberang sana udah laut.” kata mase sambil menunjuk jendela seberang tempat duduk kami.
“Kok tanya begitu? terus itu angka apa?” timpal mase balik bertanya.
“Angka itu,kata om ku yang kerja di PT.KAI angka wajib yang harus ditulis di setiap stasiun buat ngasih tahu ketinggian stasiun dihitung dari permukaan laut.Yang kalo digunung tulisannya MDPL”. Jawabku sambil mengingat-ingat penjelasan om ku waktu pertama kali mengajak saya ke stasiun kereta.Kalau tidak salah waktu itu umur saya 7 tahun dan kami mengantar saudara kami untuk berangkat kondangan ke Tasikmalaya.
“Iya,seberang sana udah laut.” kata mase sambil menunjuk jendela seberang tempat duduk kami.
“Kok tanya begitu? terus itu angka apa?” timpal mase balik bertanya.
“Angka itu,kata om ku yang kerja di PT.KAI angka wajib yang harus ditulis di setiap stasiun buat ngasih tahu ketinggian stasiun dihitung dari permukaan laut.Yang kalo digunung tulisannya MDPL”. Jawabku sambil mengingat-ingat penjelasan om ku waktu pertama kali mengajak saya ke stasiun kereta.Kalau tidak salah waktu itu umur saya 7 tahun dan kami mengantar saudara kami untuk berangkat kondangan ke Tasikmalaya.
“Terus,fungsinya?” tanya mase.
“Ya dari situ pengelola bisa tahu,jenis kereta apa saja yang boleh atau bisa lewat jalur stasiun itu.Mulai dari mesin,muatan,jumlah gerbong,kecepatan,pemilihan jalur dan lain-lainnya yang mungkin om-om PT.KAI lebih paham.
“Ya dari situ pengelola bisa tahu,jenis kereta apa saja yang boleh atau bisa lewat jalur stasiun itu.Mulai dari mesin,muatan,jumlah gerbong,kecepatan,pemilihan jalur dan lain-lainnya yang mungkin om-om PT.KAI lebih paham.
“Owalah,ga beda sama riding (naik motor) ya?” kata mase.
“Yups,kalau udah tau medannya kan ridingnya jadi enak”. jawabku mengakhiri obrolan.
“Yups,kalau udah tau medannya kan ridingnya jadi enak”. jawabku mengakhiri obrolan.
Obrolan kami berpindah ke grup whatsapp yang dibikin oleh Mas Fandi (Humas event Suzuki Taklukkan Batasan) yang memastikan jam kedatangan kami dan rombongan lain.
Kebetulan kami memilih jam kedatangan yang total selisih antar rombongan sekitar 30 menit.
Kebetulan kami memilih jam kedatangan yang total selisih antar rombongan sekitar 30 menit.
Beberapa jam kemudian kami tiba di Stasiun Purwokerto menyusul kedatangan teman-teman kami dan kebetulan waktu itu juga ada beberapa bloger dari Etape 1 mulai memasuki Stasiun untuk pulang.
Serial blog ini masih bersisa 1 artikel lagi,dan untuk selanjutnya saya mau bikin rangkumannya dalam bentuk field trip biar informasinya lebih komplit.
Terima kasih.
Tulisan ini didukun oleh segelas jus jambu oleh-oleh mertua yang pulang dari pasar..
Camchiao…..
Comments
Post a Comment